Wednesday, January 17, 2007




LAGI-LAGI MUSIBAH


Musibah-musibah lagi. Musibah sebenarnya sudah bagian dari hidup. Kita, manusia sudah seharusnya siap dengan segala musibah yang sedang dan akan menimpa. Kehidupan tidak akan lepas dari musibah dan nikmat.Yang jelas, ketika musibah datang, kita berserah diri dan bersabar. Yakinlah, semuanya sudah kehendak-Nya. Ketika nikmat menghampiri, ingat ada orang lain, saudara, teman, yang belum tentu mereka sedang kedatangan nikmat. Berbagilah dengan mereka.


Ingat, jangan sekali-kali merasa bangga sendiri dengan nikmat yang datang. Apalagi tiba-tiba kita menjadi sombong. Intinya, ketika musibah datang bersabarlah, dan ketika nikmat menghampiri haruslah disyukuri. Ini memang mudah diucapkan, apalagi ditulis, tapi ini harus disampaikan mengingat bangsa ini sudah sedemikian banyak menanggung musibah.


Musibah demi musibah datang tak terbayangkan. Yang paling aktual antara lain; hilangnya Adam Air, kereta api yang jatuh ke sungai sekitar Banyumas, kereta anjlok, kapal Senopati Nusantara tenggelam, kecelakaan tol Cipularang, dan entah apalagi musibah yang akan datang menerjang. Tentunya semuanya menyisakan kesedihan yang mendalam bagi keluarga para korban. Mereka kehilangan teman, isteri, suami, anak, adik, saudara, ayah, ibu, kakek, nenek, cucu, paman, atau keluarga pada umumnya.


Bayangkan kalau kita sendiri yang mengalami musibah-musibah itu, atau kita yang sendiri yang kehilangan orang-orang terdekat yang kita cinta da sayangi. Kehilangan seorang ayah yang meninggal secara normal saja terasa begitu sakit dan membuat air mata tumpah, apalagi kehilangan anggota keluarga yang meninggal karena kecelakaan.


Rupanya ini merupakan pelajaran berharga. Ya, di dunia ini yang paling mudah adalah mengambil pelajaran atau hikmah dari segala kejadian yang menimpa. Tapi, sesungguhnya inipun bukan perkara mudah kalau hati kita sedang terkunci oleh segala urusan atau rutinitas yang tiap harinya kita kerjakan. Ini membutuhkan kepekaan batin.


Betul kata Gus Mus, kita tidak boleh gampang menyalahkan. Ini salah siapa, ini salah siapa, apalagi sampai menyalahkan presidennya. Wah, ini konyol namanya. Sungguh tidak logis, dan sangat dangkal. Kalau kita semua introspeksi dan memohon ampun pada Tuhan (Gusmus menyebutnya, tobat nasional, red) mungkin akan sulit untuk dilakukan, tapi kita memang harus mulai memperbaiki diri mulai dari sekarang. Mulailah takut untuk berbuat salah, mulailah takut korupsi, mulailah takut untuk berbuat maksiat, mulailah menghentikan pertikaian dengan saudara sedarah atau saudara sebangsa, stop permusuhan, stop berlaku curang, stop kekerasan, stop kejahatan, stop pencurian kayu di hutan, stop menceritakan kejelekan orang, stop menyakiti perasaan istri, suami, anak-anak, stop berbuat sesuatu yang merugikan orang, dan stop berbuat salah.


Ideal memang kalau semuanya bisa dijalankan. Walaupun kita bukan malaikat, tapi itu semua sangat mungkin bisa diwujudkan, bisa dilakukan, bahkan secara bersama-sama sekalipun. Asalkan kita semua sadar, dan mau menjalankannya. Yang penting niat dan tekad yang kuat, seperti seorang perokok yang menghentikan kebiasaannya merokok, bukan karena dia takut mati, tapi lebih karena dia tidak ingin membuat polusi dan merugikan orang-orang yang ada di sekelilingnya yang merasa terganggu dan terkontaminasi asap rokok.
"Silahkan merokok kalau tidak ada orang di sekitar Anda, silahkan berbuat jahat yang secara cepat atau lambat tidak akan merugikan orang lain." Selamat menjalankan kebaikan !!

(Jogja rakosa, 18 Jan 2007)


No comments: